Mitos, Penalaran, Cara Memperoleh Pengtahuan dan
Syarat Ilmu Pengetahuan
MITOS
Pada awal
prasejarah pengetahuan manusia masih terbatas, baik keterbatasan pada peralatan
maupun keterbatasan pemikiran. Keterbatasan peralatan menyebabkan menjadi
kurang seksama,dan cara berpikir yang sederhana menyebabkan hasil pemecahan
masalah memberi kesimpulan yang kurang tepat. Dengan demikian pengetahuan yang
terkumpul belum dapat memberikan kepuasan terhadap rasa ingin tahu manusia ,
dan masih jauh dari kebenaran.
Untuk menjawab keingin tahuan, manusia menciptakan mitos. Mitos
merupakan cerita yang dibuat-buat atau dongeng yang pada umumnya menyangkut
tokoh kuno, seperti dewa atau manusi perkasa, yang ada kaitannya dengan apa
yang terdapat di alam.
Kegiatan
untuk memperoleh atau menemukan pengetahuan yang benar disebut berpikir,
sedangkan proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang benar disebut
penalaran. Dan pengetahuan yang diperoleh tidak berdasarkan penalaran
digolongkan pada pengetahuan yang non ilmiah bukan ilmu pengetahuan.
CARA MEMPEROLEH PENGETAHUAN
Terdapat beberapa cara untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang tidak
berdasarkan penalaran, yaitu:
1.
Prasangka,
pengambilan kesimpulan berdasarkan perasaan
2.
Intuisi,
kegiatan berpikir yang tidak analisis, tidak berdasarkan pola berpikir
tertentu. Pandangan batinlah yang serta merta tembus mengenai suatu
peristiwa atau kebenaran, tanpa penurutan pikiran.
3.
Coba-ralat
atau trial and error, suatu cara untuk memperoleh pengetahuan secara coba-coba
atau untung-untungan.
METODE
ILMIAH
Syarat ilmu pengetahuan
Tidak semua
pengetahuan disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara
mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus
dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu atau ilmiah, adalah:
1. -
Obyektif, artinya pengetahuan itu sesuai
dengan obyeknya, atau didukung metodik fakta empiris.
2.
-Metodik, artinya pengetahuan ilmiah itu
diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur dan terkontrol.
3. -
Sistematik, artinya pengetahuan ilmiah itu
tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lain
saling berkaitan, saling menjelaskan, sehingga seluruhnya merupakan satu
kesatuan yang utuh.
4.
Berlaku
umum/ universal, artinya
pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau
beberapa orang saja, tetapi semua orang dengan cara eksperimental yang sama
akan memperoleh hasil yang sama tau konsisten.
Referensi :
Harmoni, Ati. 1992.
PENGANTAR ILMU ALAMIAH DASAR (IAD). Depok: Gunadarma